Sempat ditayangkan dalam sebuah acara berita sore di salah satu TV swasta, siswi SMA mencontek dalam Ujian Nasional. Hal ini diketahui karena dalam kelas telah dipasang sebuah kamera untuk mengawasi, sedangkan siswi itu sendiri tidak menyadarinya.
Ada juga sekolah yang sudah bertaraf Internasional di Bogor mengawasi ujian di sekolahnya dengan memasang kamera CCTV di setiap kelas. Kasih acungan jempol buat mereka yang jujur...!
Tapi yang sempat membuat geger, yaitu tersebarnya isu tentang adanya lembar jawaban palsu...........? Aduuuh.
Sudah semestinya pihak penyelenggara Ujian Nasional lebih memperhatikan standar kelulusan yang ada. maksudnya adalah, bagimana semestinya siswa itu lulus, apakah hanya dengan nilai saja yang ditulis di selembar kertas, ataukah juga dibarengi dengan perbaikan moral.
Dalam sebuah buku yang berjudul Remaja Gaul Kebablasan, terdapat suatu uraian. Remaja saat ini cenderung kepada hal yang instan. Menurut Dr. Kartini Kartono, akar permasalahn dari masalah ini adalah karena krisis moral atau krisis akhlakul karimah dalam jiwa remaja masa kini. betapa tidak, waktu mereka untuk belajar agama sangat sempit digeser oleh berbagai jenis hiburan dan tayangan acara televisi yang menghabiskan waktu dengan materi yang tidak mendidik.
hal itu labih diperparah lagi dengan dikuranginya jam pendidikan agama disekolah-sekolah umum, dasar dan menengah ( SD,SMP,dan SMA ), dari empat jam pelajaran menjadi dua jam pelajaran perminggu. itu juga kalau guru agamanya ada, karena akhir-akhir ini disinyalir banyak sekolah yang tidak memiliki guru agama.
Banyak orang pintar di negeri tercinta ini, namun sudah sangat langka akan adanya manusia-manusia yang berhati mulia. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan akan peningkatan moral yang lebih utama dari pada selembar kertas berisi nilai yang belum tentu hasilnya sendiri.
Bangsa Indonesia memiliki banyak orang yang bisa membangun masjid, tapi hanya sedikit manusia Indonesia yang bisa mengembangkan dan memberdayakan masjid.
Hari ini tanggal 2 Mei 2009, jika anda menyaksikan berita siang di salah satu stasiun TV swasta maka anda akan melihat sendiri bagaimana peran ujian nasional dalam memenuhi standar kelulusan para pelajar bangsa tercinta ini.
Ya, hari ini adalah HARDIKNAS atau Hari Pendidikan Nasional, dimana kita sebagai bangsa Indonesia harus bangga dengan hari bersejarah ini. Kita sudah diberi karunia oleh Allah SWT untuk membangun bangsa dengan potensi yang sangat besar ini. Bapak Prof. DR. Bambang Sudibyo MBA selaku menteri pendidikan nasional dalam upacara menyampaikan tentang apa saja yang telah dicapai oleh bangsa kita. Begitu banyak yang disampaikan, khususnya tentang bagaimana pendidikan Indonesia yang semakin lama semakin membaik. Pemerintah telah membangun ribuan gedung sekolah baru, taman baca, merenovasi puluhan ribu kelas, menuntaskan wajib beljar 9 tahun, membebaskan biaya pendidikan untuk SD dan SMP Negeri, Masuknya beberapa Universitas di bangsa tercinta ini sebagai bagian dari 500 universitas terbaik dunia.
Semua itu sangat membanggakan hati kita sebagai bangsa Indonesia. Namun kembali lagi kepada Ujian Nasioanal, dalam berita siang itu diperlihatkan akan buruknya kualitas pendidikan di Indonesia jika di lihat dari pelaksanaan ujian nasional. Anggota Reporter berita TV swasta tersebut menyamar menjadi seorang siswa di sekolah di Jakarta Pusat. Ternyata dari penyamaran reporter tersebut diketahui bahwa telah marak modus pembelian jawaban. Ya, kunci jawaban ujian nasional telah diperdagangkan di sekolah tersebut. Bagaimana ini bisa terjadi? Ternyata setiap siswa yang membeli jawaban rata-rata mengeluarkan uang sebesar 200 ribu rupiah. Sang Reporter juga ikut membayar demi terkuaknya kebusukan ini. Akhirnya diketahuilah, bahwa yang menjadi penjual dari jawaban itu adalah salah satu dari alumni sekolah tersebut. Para siswa yang membeli jawaban dikoordinir oleh seorang temannya. Pada waktu ujian nasional, jawaban telah disebarkan oleh si kordinator kepada seluruh siswa yang membeli jawaban, tepatnya 30 menit sebelum ujian dimulai.
Dari wawancara yang dilakukan, para siswa mengaku bahwa itu semua mereka lakukan karena sulitnya ujian nasional, mereka tidak mau gagal dalam ujian tersebut karena teruhannya adalah tidak lulus. Mereka khawatir kalau nanti gara-gara beberapa hari saja mereka tidak lulus, padahal sudah 3 tahun menuntut ilmu disana.
namun ada juga yang mengaku sedikit takut karena merasa menghianati orang tua. Sungguh ironis, pada hari yang sangat bersejarah ini dimana generasi penerus bangsa diharapkan mampu mambawa bangsa tercinta ini lebih baik. Namun pada kenyataanya, KEJUJURAN MASIH MENJADI TARUHAN!!!!!!
0 komentar:
Posting Komentar